oleh

Halte sungai kandilo di Belengkong yang baru diresmikan kini tidak beroperasi.

Tana Paser, NMC Borneo – Halte Sungai Kandilo pada awalnya ditujukan guna memudahkan arus hilir mudik masyarakat melalui moda transportasi air. Tetapi setelah diresmikan 5 Maret 2023 lalu, halte tersebut tidak pernah dimanfaatkan warga sebagai alternatif transportasi.

banner

“Sekarang itu sudah tidak digunakan lagi dan masyarakat juga tidak berani. Paling hanya berani duduk di haltenya saja. Bahkan sekarang dermaganya diikat pakai tambang besar karena sempat hampir terbawa arus sungai saat curah hujan tinggi kemarin,” kata Kepala desa Pasir Belengkong, Muhammad Subhan, Rabu (28/2/2023).

Menurut pengamatan Subhan, jalan penghubung halte dan dermaga yang terlalu rendah menjadi salah satu penyebabnya. Ia beranggapan seharusnya ketinggiannya ditambah sekitar satu meter untuk mengantisipasi terendam air sungai saat bencana banjir datang.

“awalnya saya koordinasikan dengan Dinas Perhubungan dan kontraktor bahwa pantonnya terlalu rendah karena mempertimbangkan pengalaman selama bencana banjir sebelumnya, tetapi karena dijelaskan bahwa sudah perhitungannya segitu jadi saya terima,” kata dia.

Subhan kemudian menjelaskan kronologi pembangunan halte Sungai Kandilo di Desa Pasir Belengkong. “Lokasi awal yang mau dikerjakan itu bukan lokasi sekarang yang ada. awalnya pembangunan dermaga direncanakan di dekat jembatan,” terangnya.

“kemudian saya koordinasikan dengan Dinas Perhubungan bahwa tidak efektif membangun pada lokasi tersebut karena lokasi itu merupakan tempat bermanuver kapal-kapal penambang galian C sehingga berpontensi mengganggu aktivitas usaha warga sekitar,” lanjutnya.

Dari koordinasi tersebut, lokasi pun berubah menjadi lokasi saat ini dengan rencana pembangunan yaitu halte akan dibangun didarat dengan menjulur ke hampir setengah sungai Kandilo.

“Kemudian melalui Dinas perhubungan itu dipindah penempatan pembangunan haltenya dan struktur haltenya dibuat setengah di jalan dan setengahnya lagi di sungai turun sekitar 11 meter,” jelasnya.

Menurut Subhan, titik permasalahan adalah tidak adanya koordinasi antara perencana, pelaksana teknis, dengen penduduk setempat (Pemerintah desa).

“Karena mereka tidak mau mendengarkan dari bawah yaitu kami-kami yang ada di Desa Pasir Belengkong dan sekarang terjadi dan ini kerugiannya siapa, akhirnya tidak terpakai”. Terangnya

Selain halte yang berlokasi di Pasir Belengkong, terdapat tiga halte lainnya yang dibangun secara bersamaan yaitu di Desa Senaken dan Muara Pasir dengan masing-masing menelan anggaran Rp2.5 miliar sehingga total proyek pembangunan riga halte berkisar Rp7.5 miliar dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat melalui kementrian Perhubungan dan diakomodir oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Paser.

MK/Redaksi

Komentar