oleh

Pegiat Literasi Suwanto Khawatir Melihat Meningkatnya Kasus Kekerasan Yang Terjadi Pada Anak

Tana Paser, Nmcborneo.com – Semua orang bisa menjadi korban atau pelaku dari sebuah perbuatan bullying, kekerasan, maupun pelecehan. Tindakan tersebut juga dapat terjadi dimana dan kapan saja bahkan di dunia pendidikan yang erat kaitannya dengan ilmu dan moral.

Maraknya hal tersebut terjadi membuat kepekaan dan kepedulian masyarakat seolah terkikis. Perbuatan yang bertentangan dengan norma dan moral yang tertanam dimasyarakat dianggap suatu hal yang lumrah dan dinormalisasi.

banner

Suwanto, seorang seniman, pegiat literasi, dan guru sebuah sekolah menyampaikan keprihatinannya atas hal ini, Menurutnya, kasus yang marak terjadi belakangan ini merupakan kasus klasik, artinya memang sudah sering terjadi.

“Pertama bullying, itu masih berjalan sampai saat ini. Karena untuk literasi masalah bully ini belum dipahami secara mendasar,” tuturnya.

Suwanto berpendapat, kurangnya pemahaman tentang bullying menyebabkan orang yang bahkan berhubungan erat dengan pencegahan bullying terkadang tanpa disadari melakukan hal tersebut kepada orang lain.

“Contohnya guru, tanpa disadari guru di kelas membully anak-anak didiknya. Ini artinya mereka belum paham secara mendasar tentang ini (bullying) seperti apa dan bagaimana,”ungkapnya.

Tidak perlu mengambil contoh peristiwa dari kota besar seperti jakarta untuk menggambarkan betapa mengkhawatirkan kondisi saat ini.

Belum lama terjadi. kasus pengeroyokan hutan kota yang berujung kematian seorang anak sekolah dengan melibatkan beberapa anak usia sekolah, kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak sekolah dan orang dewasa yang berujung pembullyan pada salah satu korban. Semua korban maupun pelaku kemudian akhirnya harus berhadapan dengan hukum dan terancam meninggalkan dunia pendidikan.

Diperlukan sebuah tindakan dan peran penting dari semua lapisan masyarakat baik warga maupun pemerintah untuk mencegah hal ini terjadi lagi.

“Diperlukan peran penting dunia pendidikan untuk menangani permasalahan ini juga dibantu oleh masyarakat. Ini harus saling mendukung dan bekerja sama.”

Menurut analisa suwanto, untuk kabupaten Paser kehidupan masyarakatnya sudah seperti di kota besar. Kurangnya kontrol masyarakat dan pemerintah menjadi salah satu faktor kasus seperti diatas sering terjadi.

“Seandainya kontrol masyarakat atau pemerintah, misalnya instansi berwenang yang menegur maka tidak akan terjadi hal hal seperti ini,” ujarnya.

Selain perbuatan bullying, kekerasan, maupun pelecehan. Suwanto menuturkan bahwa banyak anak dibawah umur yang berjualan ataupun mengamen perlu diperhatikan oleh pemerintah.

“Saya sudah pernah berkomunikasi dengan mereka (pengamen), kebanyakan bukan karena faktor tidak mampu tapi memang karena mental (psikologis) bukan faktor ekonomi,” jelasnya.

Suwanto menjelaskan, bahwa sebenarnya faktor utama adalah psikologis anak tersebut. Apabila penyebab utamanya adalah faktor ekonomi maka penyelesaian akan lebih mudah, apalagi kabupaten Paser sudah memiliki lembaga – lembaga bantuan untuk anak yang terjerat kesulitan ekonomi.

Pada sekolah tempatnya mengajar pun, subsidi silang masih terjadi, banyak orang tua murid yang mau mengulurkan bantuan sehingga kebutuhan anak tersebut terpenuhi bahkan berlebih.

“Saya kira di kabupaten paser harus sejak dini mencegah ini (pekerja anak dibawah umur), kita lihat mungkin sudah hampir 1 tahun terjadi pembiaran, kalo sudah 2 tahun yang akan datang pasti sulit ditertibkan. Karena timbul pemikiran kenapa baru sekarang ditertibkan padahal dulu tidak apa-apa,” tambahnya.

Suwanto mengajak para semua elemen masyarakat untuk selalu peduli pada permasalahan ini. Karena hal ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan tanggungjawab kita bersama.

“Semua masyarakat harus peduli dan merasa memiliki daerah ini. Mari kita bersama-sama membangun, mengontrol, jangan hanya menunggu instansi terkait yang mempunyai wewenang. Tetapi, tunjukkan bahwasanya kita ini mempunyai tanggung jawab untuk itu,” tegasnya.

Penulis : Mekka

Editor : Redaksi

Komentar