Tana Paser, Nmcborneo.com – Pengaruh perekonomian daerah sangat bergantung pada alat kebijakan fiskal, dimana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi gambaran kebijaksanaan yang menyangkut tata kelola penerimaan dan pengeluaran Daerah.
Menurut Ketua Bidang OKK Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Fadlul Chaliq pada Kamis, (15/12/21). Salah satu persoalan yang dihadapi Kabupaten Paser dalam pengelolaan belanja pemerintah saat ini adalah pola penyerapan anggaran yang tidak merata dalam satu tahun anggaran. “Jika melihat kondisi saat ini terlihat dengan jelas realisasi anggaran sebagian besar ditumpuk pada akhir tahun.” Ungkapnya
Fadlul mengatakan bahwa kondisi tersebut tentunya akan sulit untuk mengharapkan bahwa belanja pemerintah akan menjadi stimulus dalam perekonomian. Hal yang ini menjadi kontra produktif terhadap misi pengendalian Inflasi Daerah.
“Seharusnya sebagai instrumen fiskal, belanja pemerintah mestinya bisa menciptakan efek ganda dalam membantu pencapaian visi Paser MAS. Sebagai target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah ditengah ketidakpastian ekonomi global.” Ungkap pria yang akrab disapa Fadel tersebut.
Fadel menilai ada sederet penyebab terjadinya penumpukan realisasi anggaran di akhir tahun, mulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, pengadaan barang dan jasa, sdm, regulasi pengelolaan anggaran, terkhusus faktor internal dari Satuan Kerja Perangkat Daerah.
“Kan pola penyerapan angaran sangat tergantung pada rencana pelaksanaan kegiatan, jadi kalau dikebut menjelang akhir akan sangat sulit waktu penyelesaiannya dan berpotensi tidak sesuai, ” terangnya
Dalam kondisi tersebut menurutnya akan sulit menyesuaikan waktu yang diperlukan guna melakukan penyelesaiannya. “Ibarat waktu dalam pertandingan sepakbola piala dunia saat ini, waktu injury time itu merupakan masa kritis untuk menciptakan kemenangan sesuai target.”
Selain berpotensi terjadi kesalahan, penumpukan kegiatan pada akhir tahun juga pasti akan berpengaruh pada kualitas pelaksanaan kegiatan atau pengerjaan proyek, sehingga output yang dihasilkan juga menjadi tidak optimal sesuai dengan yang direncanakan.
Fadel turut mengungkapkan bahwa saat ini ada beberapa pekerjaan proyek pembangunan dan renovasi di Kabupaten Paser yang masih belum terselesaikan, sementara kalender sudah masuk pertengahan bulan Desember.
Salah satu yang terlihat perbedaan mencolok dari deratan proyek yang ada adalah pembenahan tepian siring Kandilo. Dari gambar perencanaan yang beredar sangat kontras perbedaan dengan apa yang dibangun saat ini.
“Keterbatasan waktu ini tentunya menjadi kekhawatiran, karena berpotensi menyebabkan pelaksana kegiatan hanya akan fokus menyesaikan secara tepat waktu. Padahal Kualitas kegiatan dan output seharusnya menjadi fokus utama dalam semua kegiatan/belanja pemerintah daerah.” Terangnya.
Sederhananya menurut Fadel, bahwa dengan waktu yang relatif singkat sementara di sisi lain masih banyak kegiatan atau tagihan yang mesti diselesaikan akan berakibat pada kemungkinan terjadi kesalahan atau bahkan penyimpangan.
“Karena sistemnya main kebut, jadi pengawasan pasti luput. Karena lepas pengawasan yang disebabkan menumpuk di akhir tahun jadinya rawan korupsi.” Sambungnya
Fadel melihat ada pesimisme dari sistem pengelolaan keuangan masa menjelang akhir tahun sebagai start awal untuk penyusunan laporan keuangan maupun laporan kinerja. “Kita tetap berharap sisa waktu ini bisa menghasilkan output yang lebih berkualitas, sehingga penggunaan anggaran dapat memberi manfaat yang optimal dan seluas-luasnya bagi masyarakat.” Tutupnya
MM/Redaksi
Komentar