BANDUNG, Nmcborneo.com- Dalam rangka memperingati ke-102 tahun Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia (PTTI) yang digelar pada Senin (4/7/2022), Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Sidang Terbuka Peringatan PTTI Tahun 2022 dan pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang menunjukkan jasa atau prestasi pada pengembangan ITB dan IPTEK di Indonesia.
Salah satunya yang mendapatkan penghargaan adalah Hetifah Sjaifudian, anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Timur sekaligus Wakil Ketua Komisi X DPR RI, meraih penghargaan untuk kategori perorangan yaitu Ganesa Wirya Jasa Adiutama.
Penghargaan Ganesa Wirya Jasa Adiutama yang diserahkan langsung oleh Rektor ITB Reini Wirahadikusumah, merupakan penghargaan bagi pihak-pihak yang telah menunjukkan jasa atau mempunyai prestasi dalam mendukung pengembangan institusi ITB.
Selama ini Hetifah oleh ITB dianggap amat konsen dalam mendukung pengembangan kapasitas SDM Kreatif di bidang digital media dan pendidikan serta komunitas berbasis teknologi, seni, dan desain melalui berbagai program strategis nasional, salah satunya Program Beasiswa Unggulan di FSRD ITB yang dirintis sejak tahun 2017. Selain itu, ia juga aktif dalam mendukung kegiatan FSRD ITB dalam memajukan ekonomi kreatif di Indonesia.
Saat ditemui disela perhelatan, Hetifah mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada ITB atas penghargaan ini.
“Saya merasa sangat terhormat hari ini menerima penghargaan ini. Teringat kembali saat pertama masuk ITB 40 tahun yang lalu, di mana saya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan, teman, dan pengalaman yang berharga untuk berkinerja di berbagai lanskap tempat saya berkiprah di kehidupan,” tutur alumni ITB ini.
Selain itu, ia juga menambahkan saya selalu mempercayai pentingnya perguruan tinggi teknik untuk menjadi lokomotif perubahan bangsa, sehingga saya akan terus berjuang untuk pengembangan pendidikan teknik di Indonesia.
Bertempat di Aula Barat ITB, Bandung, acara dihadiri oleh Rektor beserta jajaran Wakil Rektor dan Sekretaris Institut ITB, Dekan Fakultas/Sekolah, Majelis Wali Amanah, Forum Guru Besar, Senat Akademik dan Pimpinan ITB, dan tamu undangan.
Dalam kesempatan tersebut, ITB memberikan memberikan penghargaan kepada 19 orang dari berbagai kalangan. Sekretaris ITB Widjaja Martokusumo mengatakan, penghargaan diberikan kepada akademisi, politikus, pejabat pemerintah, dan instansi, atas prestasi, jasa, dan kontribusinya, kepada pendidikan tinggi teknik.
“Angka 19 ini enggak ada hubungannya dengan Covid-19 ya jadi kebetulan saja,” ujarnya.
Ia juga menambahkan semoga penganugerahan penghargaan ini dapat mendorong kemajuan Pendidikan Tinggi Teknik lebih jauh lagi, serta memotivasi kita semua untuk menorehkan banyak prestasi sehingga dapat menambah kontribusi untuk PTTI, khususnya di ITB,” ujarnya.
Perlu diketahui, penghargaan ini dikategorikan menjadi lima kategori. Yaitu Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama, Ganesa Widya Jasa Adiutama, Ganesa Wirya Jasa Adiutama, Ganesa Widya Jasa Utama, dan Ganesa Wirya Jasa Utama.
Dari berbagai sambutan tokoh ITB, sidang menekankan bagaimana ITB harus menjadi bagian dari sistem inovasi dalam upaya pemulihan ekonomi, penguatan ketahanan kesehatan, ketahanan pangan dan energi, serta mendorong transformasi digital. Dalam sambutannya, Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menyatakan, PTTI, termasuk ITB, perlu meningkatkan keterpaduan antara kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat lewat pengembangkan pola-pola antar maupun lintas disiplin dan peningkatan kerjasama dengan berbagai sektor dan organisasi.
“Kami sangat menyadari pentingnya PTTI untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan. Kami perlu meningkatkan kualitas karya-karya kami serta memperkuat keunggulannya untuk meraih reputasi internasional yang semakin tinggi,” ujarnya.
Semantara itu Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITB Yani Panigoro, dalam pidatonya secara daring menyampaikan, perlu dilakukan upaya untuk merevolusi cara belajar dan penyelenggaraan pembelajaran di pendidikan tinggi teknik. Ia menyoroti kampus yang melahirkan para alumni dan ilmuwan yang sempit cara berpikirnya, hanya melahirkan spirit kompetensi keilmuwan, kejar keuntungan, tapi mengesampingkan aspek kemanusiaan.
“Perlu kolaborasi dalam masyarakat, dan menjadikan kepentingan masyarakat diatas agenda pribadi dan golongan. Contoh saja Sarah Gilbert dari Oxford University, yang tidak ingin menguasai hak paten dari temuan vaksin Covid-19, ia dedikasikan ilmunya untuk memuliakan aspek kemanusiaan,” tegas Yani Panigoro.
Sambutan berikutnya dibawakan oleh Ketua Senat Akademik ITB Hermawan Kresno Dipojono, ia mengatakan keberadaan PTTI berkualitas dunia merupakan investasi vital bagi keberlangsungan bangsa dan negara. Namun faktanya, anggaran untuk Pendidikan tinggi dalam beberapa tahun terakhir justru terus menurun.
“Implikasinya adalah kebutuhan riset untuk mendukung daya saing bangsa jadi tidak berjalan maksimal. Dengan situasi seperti ini, tentu wajar jika Indonesia tidak diperhitungkan sama sekali sebagai penantang serius terhadap hegemoni Barat yang berbasis pada penguasaan sains dan teknologi,’ terangnya.
Dalam sidang terbuka peringatan 102 Tahun PTTI ini juga berisi sambutan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin yang hadir secara daring. Kemudian dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari Josaphat Tetuko Sri Sumantyo. dari Center for Environmental Remote Sensing Chiba University, Jepang, berjudul “Teknologi Penginderaan Jauh, Kunci Indonesia untuk Memimpin Dunia”. [HSC/Redaksi]
Komentar