TANA PASER, Nmcborneo.com – Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Amir Faisol mengatakan bahwa atas nama Pemerintah Daerah sangat mengapresiasi Korps HMI Wati (KOHATI) Kabupaten Paser yang fokus pada perlindungan terhadap perempuan dan anak, khususnya dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Paser.
“Sebagaimana kita sadari dari berita berita media yang ada, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia khususnya di Kabupaten Paser ada kecenderungan naik dari tahun ke tahun,” kata Amir Faisol pada Nmcborneo.com, Senin (17/1/2022) di kantor Dinas DP2KBP3A Tanah Grogot.
Pihaknya menambahkan bahwa kunjungan tersebut merupakan upaya kerja sama untuk mencegah kekerasan pada perempuan dan anak, dan pihaknya sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Kohati Paser yang diharapkan bisa menjadi mitra.
“Untuk itu Pemerintah Daerah sangat mengapresiasi pada kunjungan KOHATI hari ini, mudah mudahan dengan ini semakin bisa terjalin kerjasama dengan DP2KBP3A dan semua steakholder yang ada dengan semua elemen termaksud dengan KOHATI,” ungkapnya.
Lebih lanjut Kepala Dinas DP2KBP3A berpesan pada Kohati Paser agar menyampaikan dan bisa menyebarluaskan pada anggotanya terkait upaya upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Senada, Ketua Kohati Paser, Misliyah membenarkan bahwa kegiatan kunjungannya hari ini pada DP2KBP3A adalah silaturahmi sekaligus membangun kerjasama dalam hal pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Tadi kita juga menanyakan tentang bagaimana caranya untuk melapor kalo misalnya ada kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ternyata disini bentuknya itu mediasi, antar kedua belah pihak korban dan pelaku. Bagaimana untuk mendamaikan kedua belah pihak, kemudian kalo sudah tidak bisa didamaikan baru keranah hukum,” ujarnya.
Misliyah juga mendorong kepada dinas terkait agar benar benar perhatikan korban kekerasan, terutama dengan merehabilitasi untuk menjaga psikologinya, “karena orang yang korban kekerasan baik itu perempuan dan anak bukan hanya dibantu masalah kasusnya tapi yang paling terpenting adalah bagaimana cara menyelesaikannya supaya tidak ada trauma yang berkepanjangan pada korban, karena itu lebih menyakitkan dan lebih terasa dari pada fisik.” Pungkasnya [AR/Redaksi]
Komentar