TANA PASER, Nmcborneo.com – Kondisi terkini jembatan gantung Sungai lumut saat ini tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4, masyarakat sekitar pun berharap agar bisa segera dibuatkan jembatan yang permanen. Pasalnya jalan tersebut sejak Senin yang lalu mengalami kerusakan cukup parah, beberapa papan kayunya telah keropos sehingga mengakibatkan beberapa titik jebol.
Saat ini, keberadaan jembatan permanen sangat penting karena jalur tersebut dilewati oleh beberapa Desa lintas Kecamatan, diantaranya Desa Suliliran dan Desa Laburan Kecamatan Paser Belengkong, dan Desa Lori kecamatan Tanjung Harapan.
“Jembatan ini akses bagi masyarakat, baik itu dari Desa Paser Belengkong karena sawah kami ada diseberang Desa Suliliran, juga akses bagi Desa Lain, yang biasanya kalau hari pasar di Desa Paser Belengkong subuh masyarakatnya sudah ramai melintasi jembatan tersebut,” kata Darhan warga RT 12 Desa Pasir Belengkong
menurutnya, jembatan tersebut tidak hanya menjadi akses ekonomi, tapi juga akses pendidikan. Mayoritas anak sekolah dari Suliliran yang ke SLTA Pasir Belengkong memilih melintasi jalan tersebut yang terbilang dekat serta jalan yang cukup bagus.
Namun pun besar harapan masyarakat, rupanya ada permasalahan dibalik pembangunan jembatan permanen yang diharapkan, kendala pembebasan lahan untuk peletakan rencana pembangunan jembatan yang permanen disampaikan oleh Kepala Desa Pasir Belengkong kepada Tim Nmcborneo.com.
Kepala Desa Pasir Belengkong Muhammad Subhan, SE mengatakan bahwa jembatan tersebut sebelumnya sudah dilakukan renovasi, hanya saja memang belum maksimal.
“Kami selaku pemerintahan Desa Pasir Belengkong dan Desa Suliliran pernah bersepakat untuk jembatan tersebut di permanenkan, masih tahun 2017 sudah disetujui namun muncul persoalan terkait keuangan sehingga tidak jadi. Karena ada beberapa persoalan-persoalan, jembatan itu pertama di sektor sebelah kanan masyarakat kami menginginkan ganti rugi tanah dengan harga yang relatif tinggi,” kata Subhan pada Rabu (26/1/2022) pagi.
Bahkan menurutnya, Kepala Desa Sempat berusaha untuk memindahkan di jalur Suliliran simpang 3 langsung nyeberang desa pasir Belengkong, dengan asumsi bentangannya tidak terlalu besar dan akses jalan yang tidak ada masalah.
“Tapi yang jadi soal ada beberapa warga dari Desa Suliliran yang tidak setuju, jadi permohonan kami dua desa mentok lagi. Sudah diusahakan namun tidak disetujui karena di tolak masyarakat sendiri. sementara yang sebelumnya karena harga tanah yang ditawarkan relatif tinggi jadi kami akhirnya diam. Maka itulah muncul pemeliharaan – pemeliharaan dan tambal sulam, dan ternyata tambal sulam tidak mengurangi persoalan karena jalan itu dilewati akses dari Desa Lori, Desa Laburan dengan tonase yang relatif besar. Bukan truk tapi pick up yang membawa ikan dan sawit.” Pungkasnya. [AR/redaksi]
Komentar