Tana Paser, Nmcborneo.com – Desa Uko kembangkan produk UMKM Kopi Paser untuk meningkatkan sumber pendapatan desa, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang dimiliki, Desa Uko berhasil menjadikan Kopi asli Paser sebagai sumber pendapatan desa.
Tidak hanya itu desa Uko pada akhirnya juga melibatkan petani kopi yang ada di desa lain mengingat karena banyaknya pesanan yang datang. Sehingga sebulan membutuhkan sekitar 20kg hingga 30kg untuk di bungkus dengan kemasan seperti kopi produk lainnya.
“Dalam sebulan kami biasanya mengemas kopi bubuk itu sebanyak 20kg hingga 30kg, dan pesanan yang datang biasanya dari luar desa Uko untuk varian kopi yang kami kemas dan diberi nama Ko Pe Paser,” kata Ali Maulana.
Sebagai ketua posyantek Ali Maulana terus berupa berinovasi untuk perkembangan UMKM yang ada di desa Uko.
Langkah Ali turut direspon Kepala desa UKO Ramallyah yang sangat mengapresiasi inovator inovator yang ada di desa UKO, sehingga perkembangan UMKM di desa berjalan dan akan berdampak baik bagi ekonomi desa setempat.
“Dukungan ini merupakan bagian dari Visi misi bersama seperti yang di gaungkan oleh Bupati Paser yaitu mewujudkan Paser MAS (Maju, Adil, Sejahtera). Desa Uko dengan keterbatasan yang ada mampu menghasilkan karya UMKM untuk pengembangan ekonomi produktif bagi masyarakat seperti UMKM Ko Pe,” kata Kepala Desa Uko.
Perlu diketahui masyarakat yang ingin menikmati Ko Pe asli Paser buatan masyarakat Desa UKO ini bisa mendatangi salah satu usaha mikro kecil menengah di Kopi Ruang Kosong yang di inisiasi Ali Maulana di wisata belanja jalan Modang.
Ali mengatakan bahwa kopi buatan Uko yang dipasarkannya memiliki khas variant rasa, tergantung pesanan yang diminta dari konsumen. Dikatakannya, produk Ko Pe khasnya jika dikelola dengan tepat maka hasilnya cenderung tidak asam.
Meski trik pengolahannya lebih cenderung masih dilakukan secara tradisional, secara umum produk UMKM Ko Pe Paser ini tersedia selayaknya kopi kemasan yang kerap kita temukan pada pasar online di Indonesia, dimana pada prosesnya diklasifikasikan berdasarkan tingkatan roastingan kopi dengan tujuan konsumen bisa memilih metode yang diinginkan, diantaranya light roast dengan warna cokelat muda, medium roast dengan warna cokelat dan dark roast berwarna hampir hitam.
“Seperti memisahkan cangkangnya itu kita sistem tumbuk manual, yang dilakukan secara ramai ramai dengan memberdayakan ibu ibu yang ada di desa Uko,”
Selebihnya sistem roasting dilakukan dengan menggunakan alat sederhana dari tabung gas yang didesain sedemikian rupa, idealnya pada saat roasting itulah pemisahan kulit ari dengan biji intinya. Inilah yang membedakan produk ko pe Paser ini dengan produk yang menggunakan mesin. “Kalau pakai meain biasanya kulit arinya langsung bersih tapi dengan rostingan kita yang dilakukan dengan cara ini tidak langsung pisah tapi terpisah secara pelan pelan,” kata Ali Maulana.
“Itulah kami biasanya melayani pemesanan kopi asli Paser buatan uko dengan keterbatasan yang ada,”
Pemerintah Kabupaten Paser sebelumnya dikatakan Ali juga berharap agar produk seperti ini terus bertahan dan memili regenerasi dalam melakukan pengelolaan agar perkembangan dan eksistensi UMKM tidak redup. Hal tersebut menurutnya berdasarkan ungkapan Bupati Paser saat bertandang ke Jakarta bulan Juli lalu di kementrian UMKM.
Pentingnya dukungan Pemerintah Daerah disampaikan Ali terkait Ko Pe buatan desa Uko ini belum memiliki mengurus ke tingkat Haki karena untuk mendaftar perlu biaya yang besar.
“Untuk izin dari tingkat desa hingga kabupaten sudah ada, tapi untuk ke Haki perlu dukungan pemerintah karena biaya mengurusnya cukup mahal ke Jakartanya, sementara target yang diinginkan dapat dipasarkan tidak hanya di Kabupaten Paser tapi juga seluruh kabupaten yang ada di Kalimantan Timur,” tutupnya.
AR
(Adv/Redaksi)
Komentar